Dampak Negatif Menyontek bagi Pelajar dan Mahasiswa

Banyak mahasiswa yang memilih menyontek lantaran banyak tekanan. Bisa jadi, banyak sarjana menganggur karena kepercayaan diri hilang sebab banyak tuntutan yang tidak bisa diwujudkan.
Sam Maulana – Penulis dari Indonesia
Tweet
Ilustrasi salah satu teknik menyontek di kalangan pelajar dan Mahasiswa

Di sekolah kamu belajar baru diuji. Tetapi dalam hidup kamu diuji  baru belajar. Itulah perbedaan antara ujian sekolah dan ujian kehidupan. Terkesan ujian kehidupan jauh lebih manantang. Namun sekolah tetaplah penting karena di sekolah kamu dibekali pengetahuan dan ketrampilan agar bisa dipakai dalam ujian sekolah dan lebih utama lagi dipakai dalam kehidupan sehari-hari.

Sayangnya banyak siswa dan sekolah hanya melihat ujian sekolah sebagai ajang untuk mendapatkan nilai akademis yang nantinya akan ditulis secara formal di laporan Evaluasi Hasil Belajar untuk dilaporkan kepada stake holder.

Menyontek adalah masalah klasik dan seringkali kurang mendapatkan perhatian yang lebih serius. Seringkali persoalan ini hanya mendapatkan perhatian saat musim ujian dan kurang mendapatkan perhatian lanjutan setelah musim ujian berakhir.

Tulisan ini tidak dibuat dengan asumsi bahwa perilaku menyontek sudah membudaya di sekolah-sekolah. Klaim itu tentu saja harus didasari oleh  sebuah penelitian yang benar dan sah.  

Penyebab Perilaku Menyontek di Kalangan Siswa

Lebih tepat, tulisan ini dibuat sekadar untuk mengingatkan tentang potensi bahaya perilaku menyontek  bagi individu yang melakukan Tindakan yang tidak terpuji itu, bukan untuk saat ini tetapi bagi proses terbentuknya karakter pribadi pelaku.

Pendidikan yang berfokus pada hasil akhir dan tuntutan akan prestasi akademis yang tinggi yang membuat siswa merasa tertekan untuk meraih nilai yang baik disinyalir menjadi memicu munculnya perilaku menyontek pada beberapa siswa.  

Hal itu semakin diperparah oleh perilaku sosial masyarakat yang lebih memprioritaskan nilai sosial seperti kesuksesan profesi, karier dan kekayaan material, di atas nilai moral seperti integritas dan kejujuran.

Berdasarkan preferensi nilai yang terbentuk di masyarakat itu, di bawah ini kami identifikasi 5 penyebab utama munculnya perilaku menyontek di kalangan siswa tertentu.

Tekanan Mendapatkan Nilai yang Tinggi

Sebagai guru yang ditugaskan menjadi Wali Kelas, saya sangat sering sekali berhadapan dengan orang tua yang menuntut informasi tentang ranking atau peringkat anaknya.

Walaupun sudah dijelaskan bahwa kurikulum Indonesia sekarang tidak lagi mempromosikan peringkat, tetap saja orang tua ingin mendapatkan informasi tentang peringkat anaknya dan tentang siapakah yang terpintar di kelas.

Kadang-kadang kami para gurupun tergoda untuk melihat kemampuan siswa hanya dari sisi akademis sehingga memotivasi para siswa agar mendapatkan nilai ( akademis ) yang bagus yang kadang-kadang kurang disertai dengan nasihat agar mendapatkan nilai itu secara jujur dan fair.

Karena tuntutan orang tua yang diperkuat oleh afirmasi guru untuk mendapatkan nilai akademis yang bagus, para siswa merasa didorong dan dipaksa untuk mendapatkan nilai tertinggi demi kebanggaan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Mungkin inilah salah satu penyebab mengapa beberapa siswa mencoba untuk menyalin jawaban dari kertas contekan atau menanyakan jawaban kepada teman  lain.

Ketidakmampuan Memahami Materi Pelajar

Muatan kurikulum Indonesia ( kurikulum 2013 ) begitu padat. Siswa yang kesulitan memahami pelajaran yang begitu banyak atau yang kurang mempersiapkan diri  mengikuti ujian seringkali menempatkan diri mereka dalam situasi  bekerja sama dengan cara meneruskan jawaban secara estafet, menyalin jawaban dari teman sekelas atau dari sumber lainnya.

Kegagalan dalam mengelola waktu

Beberapa siswa mungkin tidak cukup efektif dalam mengelola waktu mereka. Siswa yang memiliki kemampuan control diri yang  kecil sangat mungkin lebih tergoda untuk menghabiskan waktu dengan hal-hal yang menyenangkan diri sendiri.  Bagi siswa yang tidak mampu membagi waktu untuk  bermain dan untuk belajar akan menghabiskan Sebagian besar waktunya untuk bermain. Ketika harus mengikuti ujian tanpa persiapan yang memadai , sementara ada tuntutan harus mendapatkan nilai yang terbaik, maka jalan pintas yang paling mungkin adalah menyontek saat ujian atau ulangan.

Kurangnya Motivasi Belajar

Beberapa siswa mungkin merasa tidak termotivasi untuk belajar atau mengikuti pelajaran. Sebuah penelitian di kalangan pelajar SMA mengungkapkan bahwa para siswa datang ke sekolah setiap hari sekolah lebih didorong oleh keinginan untuk bertemu dan berinteraksi  dengan teman-temannya daripada untuk belajar. Kesalahan motivasi tersebut selanjutnya membuat mereka merasa lebih mudah menyalin jawaban dari teman lain daripada mempelajari materi itu sendiri.

Budaya Tidak Menghargai Integritas Akademik

Maraknya tindakan menyontek lebih banyak ditemukan di dalam masyarakat dan komunitas sekolah yang kurang menghargai integritas akademik yang kuat. Biasanya hal itu diperkuat oleh perilaku masyarakat yang hanya focus pada hasil tetapi kurang mengharagai proses. Bagi mereka mendapatkan nilai yang tinggi lebih penting daripada bagaimana cara memperoleh nilai tersebut.

Dampak Negatif Menyontek Bagi Pelajar dan Mahasiswa

Secara  sekilas, perilaku menyontek tampaknya sepele dan tidak merugikan siapa-siapa.

Namun di beberapa sekolah yang dikelola dengan baik dan secara tradisional telah menghasilkan alumnus yang bermutu, perilaku menyontek dipandang sebagai Tindakan yang sangat membahayakan. Pada sekolah-sekolah tersebut, mereka yang ketahuan melakukan Tindakan menyontek, bukan saja mendapatkan teguran dan perbuatannya dipublis secara massif di papan-papan pengumumam sekolah, tetapi pelakunya langsung dikeluarkan dari sekolah. Bahkan ada beberapa sekolah yang sudah membuat perjanjian awal tentang perilaku menyontek ini yang menyebabkan bila  siswa yang bersangkutan penyontek di masa sekolah, akan  langsung dikeluarkan tanpa peringatan sebelumnya.

Tindakan yang tegas itu tentu saja dilandasi oleh sebuah pemikiran tetang betapa berbayanya tindak menyontek itu.

Nah, seberapa berbahayakah Tindakan menyontek itu? Berikut ini, kami kemukakan beberapa bahaya Tindakan menyontek di sekolah:

Hilangnya Rasa Percaya Diri

Dengan terbiasa menyalin jawaban dari orang lain, pelaku dapat kehilangan rasa percaya diri dalam kemampuannya  untuk menyelesaikan tugas atau ujian secara mandiri, yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian pelaku.

Tindakan menyontek dapat menyebabkan pelaku kehilangan rasa percaya diri karena hanya mengandalkan jawaban dari orang lain. Tindakan menyontek menghilangkan peluangnya untuk mengembangkan kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan tugas atau ujian secara mandiri.

Selain itu, dalam jangka pendek, menyalin jawaban dari orang lain mungkin membuat pelaku merasa tenang karena mereka mungkin berhasil mendapatkan nilai yang baik. Namun, dalam jangka panjang, kebiasaan itu  dapat menyebabkan pelaku merasa rendah diri dan karena kemungkinan pelaku merasa tidak mampu menyelesaikan tugas atau ujian secara mandiri tanpa bantuan orang lain.

Ketika seseorang kehilangan rasa percaya diri, ia mungkin merasa cemas, khawatir, dan tidak yakin tentang kemampuan diri  sendiri. Hal ini dapat mempengaruhi motivasi dan kinerja pelaku di sekolah saat ini dan nanti dalam pekerjaan ketika sudah harus bekerja atau dalam  kehidupan sehari-hari.

Kehilangan rasa percaya diri juga dapat berdampak pada aspek lain dari kepribadian pelaku, seperti kehilangan rasa hormat pada diri sendiri, motivasi, dan tidak memiliki keyakinan terhadap diri sendiri.

Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang pelajar untuk belajar secara benar dan mengandalakn kemampuan diri sendiri dalam menyelesaikan tugas atau ujian.

Tentu saja, di sini siswa harus didukung oleh orang tua dan dimotivasi oleh guru bahwa nilai akademis memang penting, tetapi ada nilai-nilai yang jauh lebih penting dari itu yang bisa digali dari proses mendapatkan nilai akademis itu sendiri.

Hilangnya Rasa Tanggungjawab

Dengan menyalin jawaban dari orang lain, pelaku dapat kehilangan rasa tanggung jawab terhadap pekerjaannya sendiri dan tidak belajar untuk bertanggung jawab terhadap tindakan mereka.

Kebiasaan menyontek  bisa menyebabkan individu yang bersangkutan kehilangan rasa tanggung jawab dan keterampilan yang berkaitan dengan kerja keras, ketelitian, dan kedisiplinan. Orang yang terbiasa menyontek cenderung menjadi malas atau tidak sabar dalam menyelesaikan tugas atau ujian, karena mereka mengandalkan jawaban dari orang lain.

Selain itu, kebiasaan menyontek juga dapat menghambat kemampuan pelaku untuk belajar dari kesalahan. Hal itu terjadi karena pelaku tidak melibatkan proses pemikirannya secara komprehensif dalam upaya menemukan jawaban yang original.  Proses pemikirannya hanya sampai pada taraf menyerap informasi dari orang lain lalu menuliskannya sehingga kesempatan untuk belajar dari kesalahan terlewat begitu saja. Akibatnya, pelaku juga kehilangan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mandiri dalam menyelesaikan masalah.

Dalam lingkungan akademik, rasa tanggung jawab sangat penting untuk mengembangkan kemampuan mandiri, kreativitas, dan kepercayaan diri. Oleh karena itu, sangat penting untuk mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan ini melalui penyelesaian tugas-tugas dan ujian yang mandiri, serta memberikan umpan balik yang konstruktif dan membantu mereka belajar dari kesalahan mereka sendiri. Hal ini dapat membantu mereka membangun rasa tanggung jawab dan keterampilan yang diperlukan demi keberhasilan dalam kehidupan pribadi mulai saat ini dan professionalisme di masa depan ketika berhadapan dengan ujian kehidupan yang sebenarnya.

Berkurangnya Daya Kreativitas

Menyalin jawaban dari orang lain dapat menghambat kreativitas dan inovasi. Padahal keduanya merupakan kemampuan penting untuk berkembang dalam kehidupan pribadi dan profesional. Artinya, bila Anda mau sukses di masa depan, terutama dalam bidang pekerjaan dan karier, Anda harus belajar untuk menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif sejak awal.

Mengandalkan jawaban orang lain tanpa mempertimbangkan solusi atau ide-ide alternatif dapat menyebabkan daya kreativitas orang yang bersangkutaan tidak bertumbuh secara sehat dan malah  menjadi semakin tumpul.  Saat seseorang menyontek, mereka mengambil jawaban dari sumber lain dan menyalinnya tanpa melalui proses berpikir kritis dan pemecahan masalah yang mandiri. Hal ini dapat mengurangi kemampuan mereka untuk mencari solusi yang unik dan kreatif untuk masalah yang dihadapi.

Selain itu, kebiasaan menyontek juga dapat mengurangi kemampuan  untuk berpikir out-of-the-box atau berpikir di luar batas-batas yang telah ditentukan. Ketika seseorang terbiasa mengikuti jawaban yang telah ditentukan, mereka cenderung berpikir konvensional dan kurang kreatif dalam menyelesaikan masalah.

Kreativitas juga membutuhkan ketekunan dan kesabaran dalam mencari solusi atau ide-ide alternatif. Saat seseorang terbiasa menyontek, mereka mungkin menjadi tidak sabar dan cepat merasa putus asa dalam mencari solusi. Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda dan lebih inovatif.

Dalam lingkungan akademik, kreativitas sangat penting. Siswa ditantang  untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, menyelesaikan masalah secara menyeluruh, dan menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, sangat penting untuk mendorong siswa mengembangkan kemampuan mandiri dalam menyelesaikan tugas dan ujian agar mereka dapat mengembangkan kreativitas dan berpikir secara lebih inovatif.

Tidak Mengembangkan Kemampuan Mandiri

Dengan terbiasa menyalin jawaban, pelaku mungkin tidak mengembangkan kemampuan untuk berpikir secara mandiri atau mencari solusi untuk masalah sendiri.

Padahal salah satu tujuan Pendidikan yang terpenting adalah mengembangkan kemampuan mandiri siswa. Kemampuan mandiri siswa hanya akan tercipta dan terbangun bila siswa dilatih untuk belajar secara mandiri, mengambil inisiatif, dan mengambil tanggung jawab atas hasil akhirnya.

Perilaku menyontek dapat menghambat kemampuan mandiri siswa karena dia hanya mengandalkan jawaban orang lain, tidak belajar bagaimana mengatasi kesulitan atau menyelesaikan masalah secara mandiri. Akibatnya, kualitas hasil belajar siswa menurun karena  tidak memahami materi dengan baik, hanya mengetahui jawabannya dari orang lain dan tidak mendapatkan manfaat dari proses pembelajaran.

Dari arugmentasi-argumentasi di atas, menjadi jelas bahwa perilaku menyontek tidak mampu mempersiapkan siswa untuk kehidupan nyata, padahal kemampuan mandiri sangat penting bagi kesuksesan dalam kehidupan pribadi dan profesional.

Singkatnya, siswa terbiasa menyontek  tidak akan memiliki kemampuan mandiri yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan nyata.

Hilangnya Rasa Keadilan

Menyalin atau mendapatkan jawaban secara Cuma-Cuma dari orang lain dapat menghilangkan rasa keadilan dalam persaingan akademik.

Seringkali untuk menutup ketidakjujuran, si penyontek merayakan “kesuksesannya” di depan teman-teman lain yang mungkin nilainya lebih kecil dari dia.

Bagi yang siswa tidak tau, mereka akan  tidak mempermasalahkan hal tersebut. Tetapi bagi yang tahu proses ketidakjujuran itu,  pasti akan merasa sakit hati. Dia akan merasa diperlakukan tidak adil oleh guru kalau guru tidak mengambil Tindakan khusus pada temannya yang menyontek.

Kasus itu selanjutnya dapat mempengaruhi kinerja dan nilai siswa lain tadi, yang sebenarnya bekerja keras dan belajar dengan sungguh-sungguh.

Siswa  yang tidak menyontek tersebut bisa saja merasa antipati terhadap guru yang menurutnya bodoh dan bisa diperdaya temannya yang menyontek.

Rasa frustrasi, sikap antipti dan ketidakpuasan di antara siswa lain yang tidak menyontek selanjutnya dapat mempengaruhi seluruh civitas academika  di kelas, bahkan di sekolah yang bersangkutan.

Penutup Dampak Negatif Menyontek Bagi Pelajar dan Mahasiswa

Dalam lingkungan pendidikan yang sehat, setiap siswa harus memiliki tugas dan tanggungjawab yang sama untuk belajar dan mendapatkan perlakuan yang adil dalam upaya mendapatkan hasil belajar.

Untuk itu, di satu sisi, perilaku menyontek harus diperlakukan sebagai pelanggaran yang serius. Sekolah harus memikiki standar operasional yang ketat, transparan dan diketahui secara luas dan terang benderang oleh semua siswa.

Di sisi lain, sekolah dan guru-guru harus  konsisten mempromosikan nilai-nilai  kejujuran, integritas, dan tanggung jawab di antara siswa. Dengan demikian, siswa dapat merasa dihargai dan didorong untuk belajar dan berprestasi dengan cara yang benar dan fair.

Kontributor: Felix Tena Longa – pengelola blog SOSIOLOGI

Scroll to Top