Live in di Desa Karangtanjung Pendowoharjo Sleman Yogyakarta

Hari itu hari Senin, tanggal 9 Oktober 2023, waktu sudah menunjukkan waktu pukul 19.00. Suasana di stasiun Senen Jakarta cukup padat, dan perjalanan menuju stasiun tersebut cukup ramai cenderung macet karena pada jam tersebut jalanan ramai karena masyarakat pada pulang kerja. Dan situasi stasiun Senen semakin semarak karena para siswa SMA Tarsisius2 kelas XI dengan kostum seragamnya juga meramaikan di tempat tersebut. Para siswa didampingi Ibu Dewi, Ibu Giselle dan Pak Andreas akan berangkat menuju Jogjakarta.

Selasa subuh kami tiba di stasiun Tugu Jogjakarta, dan lanjut menggunakan bis menuju desa Karangtanjung Pendowoharjo Sleman dengan menggunakan dua bis. Kami disambut warga desa, dengan mengikuti upacara oenyambutan sederhana dan meriah. Setiap kami yang datang dikenakan alas kepala dari janur sebelum memasuki ruang, serta segelas teh manis dan hangat. Serangkaian sambutan menyambut kedatangan kami, dan kemudian kami dibagi kelompok untuk menuju rumah-rumah sementara yang akan kami tempati selama di sini.

Setelah kami berkenalan dengan induk semang kami masing-masing, dan membereskan bawaan kami di kamar masing- masing, kami berkumpul kembali di pendopo. Acara pertama kami hari ini adalah menanam padi dan membajak sawah. Di sini para siswa disadarkan bahwa apa yang mereka makan selama ini yang disebut nasi membutuhkan pekerjaan dan perjuangan yang luarbiasa dari para petani, serta memahami alur penanaman sampai dengan panen berikut acara panennya dan menjadi neras berikut pengepakannya, penimpanannya dan distribusinya. Cukup seru dan para siswa menikmatinya.

Kunjungan berikut ke peternakan sapi. Para siswa antusias bisa melihat dari dekat, membelai, memberi makan dan mempelajari pemanfaatan pupuk dari kotoran sapi, mulai dari proses membuat kompos sampai pemanfaatan kotoran sapi sebagai bahan pengganti gas untuk kompor. Mungkin ada rasa jijik, tapi itu bisa teratasi dengan semangat pada kegiatan ini.

Siang hari, setelah mandi para siswa makan siang di rumah masing-masing, menikmati masakan induk semangnya dan merasakan kehidupan warga desa dengan berkumpul dan nercakap dengan keluarga yang ditinggalinya. Setelah itu para siswa kumpul lagi di pendopo untuk bersama membuat jumputan. Jumputan semacam membuat batik, tetapi tidak menggunakan bahan malam. Para siswa antusias, terlihat dari keseriusan mereka mengikuti pelatihan ini dengan seksama, dan membuat jumputan ini dengan presisi yang cukup baik untuk mendapatkan hasil yang baik.

Setelah jumputan, kegiatan berikut para siswa belajar menari tarian daerah Jawa, hal yang sepertinya belum pernah dilakukan para siswa. Perlahan tapi pasti, mereka mulai menguasai dasar-dasar tarian Jawa.

Setelah makan malam, para siswa menikmati apa yang disebut wayang kulit. Mereka dengan seksama mengikuti pagelaran wayang kulit, meski tidak menggunakan secara oenuh bahasa Jawa, dengan tujuanagar para siswa dapat mengerti alur jalan cerita serta oesan-pesan yang terkandung di dalam cerita tersebut. Setelah acara selesai, lembali ke rumah masing-masing untuk istirahat malam.

Keesokan harinya, setelah makan pagi bersama dengan keluarga masing-masing, para siswa bersama-sama tour desa menggunakan pedati yang masing-masing ditarik dua ekor sapi. Pada tour tersebut, rombongan mengunjungi peternakan domba. Kegiatan yang dilaksanakan, memberi makan dan minum, memperhatikan perilaku domba termasuk menggendong anak anak domba.

Kegiatan berikut adalah mengunjungi empang, tempat budidaya ikan. Disini juga ada kegiatan seru, menangkap ikan, dengan berbagai strategi. Ikan yang ditangkap dibawa siswa ke rumah masing-masing untuk dimasak menjadi santapan siang mereka.

Setelah istirahat siang, para siswa lanjut dengan berlatih membuat hiasan dari janur. Beberapa model dapat mereka buat dan menjadi kebanggaan tersendiri dapat melakukan hal tersebut.

Sore hari, bersama anak setempat, mereka bermain permainan rakyat, seperti enggran, gobaksodor dan lain lain. Cukup seru dan menantang.

Usai istirahat dan mandi, malam harinya kami berkumpul bersama tokoh masyarakat, melaksanakan acara kenduri. Kami bersantap malam dengan riang.

selesai makan malam, kami mengadakan oentas seni kecil. Salah satu acara yang cukup menarik adalah tampilnya perwakilan oara siswa dengan riasan dan tarian tradisional yang mereka pelajari sebelumnya. Pada acara yang terjalin dengan akrab ini, hadir pula Bapak Lurar yang ikut memberikan sambutan bahkan menyumbangkan lagu menghibur semua yang hadir. Lagu kemesraan dinyanyikan bersama sebagai tanda berakhirnya acara pada malam tersebut.

Pada hari terakhir, setelah makan pagi bersama empunya rumah masing-masing, kami berfoto bersama dengan keluarga rumah tersebut sekaligus berpamitan diri seraya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas oenerimaan kami di masing-masing keluarga tersebut.

Pagi itu pula diadakan penanaman bibit pohon sebagai tanda kehadiran kami di desa tersebut Setelah berpamitan, kami mengunjungi kawasan merapi. Menggunakan beberapa jeep, kami melintasi area wisata bekas meletusnya gunung merapi.

Setelah itu kami makan siang di daerah Kaliurang,dan membeli oleh-oleh dekat bandasa Adi Sutjipto. Kunjungan berikut adalah candi Prambanan. Setelah mengeksplore kawasan candi tersebut, kami lanjut ke malioboro. Ada waktu 90 menit kami menikmati suasana malioboro. Setelah itu kami lanjut ke stasiun kereta api Lempuyangan, untuk bersiap meninggalkan Jogjakarta, kembali ke Jakarta.

Scroll to Top